Cerita Sang Guru: Mengajarkan secara Netral G30S PKI


Tidak banyak guru sejarah yang saya tahu “berani” mengajarkan secara netral peristiwa G30S PKI tahun 1965. Apalagi bila ia memiliki pengetahuan luas mengenai kelompok kiri yang di negara ini dianggap pengkhianat bangsa.

mengajarkan secara netral peristiwa G30S PKI tahun 1965
Tak semua guru berani dan mampu mengajarkan secara netral peristiwa G30S PKI tahun 1965


Sejak SMP, guru sejarah saya tak pernah mengajarkan hal di luar apa yang tertulis di buku paket. Mungkin karena ia menganggap itulah sejarah yang benar. Atau ia masih terkungkung jeratan orde baru di kepalanya.
Tapi kini cercah-cercah harapan mulai timbul. Lepasnya propaganda Orba –meski masih menyisakan jargon komunis pengkhianat negara- telah menciptakan bibit-bibit yang lebih rasional. Dan di antara “bibit” tersebut, saya kenal satu orang.

Mari kita sebut namanya Wahyu. Dia adalah guru sejarah honorer di pelosok Jawa Tengah. Kalau ada yang mengatakan “jangan melihat orang dari materinya”, saya akan menunjuk Wahyu. Sebab, ia menunjukkan kualitas luar biasa di luar gajinya yang tidak ada sejuta.

Pertama, saya sangat terkesan ia berhasil khatam Das Kapital. Bukan karena saya pro komunisme. Tapi Das Kapital adalah buku tersulit yang pernah saya baca –sebenarnya belum selesai-. Dulunya, saya kira buku ini berisi propaganda anti kapitalisme seperti tulisan HTI yang anti demokrasi. Tapi ternyata bukan teman-teman...

Das Kapital mengajak Anda berhitung dalam logika yang saya jamin akan membuat kepala Anda panas. Bayangkan komputer Pentium dua digunakan untuk memainkan The Sims 2. Kira-kira begitu analoginya.

Kedua, ia punya pandangan matang soal apa yang terjadi di negara kita terutama mengenai PKI dan peristiwa 1965. Saya tak akan menceritakannya karena itu akan sangat panjang. Yang jelas, ia dijamin akan mampu mengajarkan secara netral peristiwa G30S PKI tahun 1965. 

Referensinya banyak dan menurut saya ia sangat bijak untuk tidak serta merta memihak membabi buta siapa yang salah terkait peristiwa 1965, prolognya, dan turunannya.
.

Mengajarkan Secara Netral Peristiwa G30S PKI 1965 Membuatnya Jadi Guru yang Buruk?

Tapi hal itu membuatnya sebagai guru sejarah yang “tidak bagus”. Ia tidak mengajarkan sejarah versi buku paket pada para muridnya. Sebab menurutnya konten yang diberikan salah dan masih mengandung bias amat kental ala propaganda Orde Baru. Dengan kata lain, ia menolak tugas guru dari pemerintah dimana ia wajib mengajar berdasarkan kurikulum.
.

Soal PKI, Ia Bertanggung Jawab Sepenuhnya

Well, di satu sisi saya iri dengan murid-muridnya. Mereka punya guru sejarah luar biasa. Tapi di sisi lain tentu ia harus benar-benar berdikari. Ketika ia berani mengajarkan sejarah yang benar versinya sendiri, tentu ia harus bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang ia ajarkan. Ketika kelak ia ditanya di akhirat –misalnya-, pembenaran semacam “saya cuma disuruh pemerintah” tak bisa berlaku lagi.

Dan syukurlah ia memahami hal ini.

“Insyaallah,” katanya. Orang sering mengasosiasikan pandangan simpatis pada PKI sebagai bagian dari PKI itu sendiri. Tapi teman saya adalah bukti hidup bukan orang yang seperti itu. Ia hanya ingin menceritakan kebenaran versinya dan siap bertanggungjawab untuk pelajaran yang telah ia ajarkan.

0 Response to "Cerita Sang Guru: Mengajarkan secara Netral G30S PKI"

Posting Komentar