Saya sudah mencoba berpikir objektif. Tapi hasilnya sama. Ini adalah kisah serta pengalaman saya dengan seorang guru tukang bully. Bukan pengalaman yang indah, namun bukan juga kisah yang terlampau tragis.
![]() |
| Ilustrasi guru tukang bully |
Saat itu, saya sedang asyik menggambar di buku catatan –ini kebiasaan buruk yang sangat sulit hilang- ketika teman-teman tiba-tiba terdiam. Ruang kelas sepi. Di depan, saya melihat dua orang guru. Satu guru wanita, yang satunya pria.
Guru wanita –sebut saja “Mawar” (heheh...) – telah mengajar kami selama satu jam pelajaran. Saya tidak begitu paham apa yang terjadi, tapi si guru wanita yang berdiri agak di belakang guru laki-laki –Pak Amar- memberi tanda agar kami mengucap “Huuu!”
Saya dengan keras ikut ber-“huuu...!” bersama teman-teman. Setelah itu Bu Mawar keluar, meninggalkan kami bersama Pak Amar. Saya kembali asyik dengan buku catatan untuk digambari, hingga saya sadar daritadi Pak Amar diam saja.
Lalu ia berdiri di tengah-tengah dan menyuruh kami ber-“huuu!” kembali. Karena disuruh, otomatis saya ber-“huuu!” ria. Herannya, hanya saya yang melakukan itu. Teman-teman terdiam. Dan ketika saya mengajak teman saya ber-“huu!”, ia melihat saya seperti orang tolol.
Saya memang tolol.
.
Ternyata Ada Guru Tukang Bully
Ternyata, saat itu bel sudah berbunyi dan Pak Amar sudah lumayan lama menunggu di luar kelas. Ia lalu memberitahu Bu Mawar dengan mengetuk pintu dan menyentuh arlojinya sebagai tanda. Bu Mawar sepertinya tak senang, lalu ia menyuruh kami muridnya, menyoraki Pak Anwar.
Saat itu, pikiran SD saya yang begitu lugu, tak mengarah kemana-mana kecuali bahwa Bu Mawar memang terkenal galak dan killer. Tapi ketika saya melihat kembali ke belakang, saya kira ia bukan sekedar galak. Ia juga seorang guru tukang bully. Dan bukan hanya pada kami, tapi juga pada guru lainnya.
Bayangkan... mana ada guru SD meminta siswanya menyoraki guru lain?
Tapi tentu saja ini masih mending dengan yang pernah dialami oleh teman saya.
Teman saya –sebut saja namanya Melati- menyandang predikat sebagai juara tiga abadi di kelas kami. Suatu hari, saya mendapatinya murung di halaman belakang sekolah. Entah bagaimana, ia lalu menceritakan “rahasianya” jadi juara tiga.
Rupanya, selama ini Bu Mawar selalu memberikan ia contekan. Sebuah catatan kecil berisi kisi-kisi materi akan diberikan sebelum ujian. Tentu bukan agar teman saya itu menjawab dengan baik.
Bu Mawar punya anak yang juga sekelas dengan kami. Alasannya memberikan contekan itu ke teman saya, adalah agar teman saya memberikan jawaban ke anaknya.
Kenapa ia tak langsung memberikan catatan itu ke anaknya? Saya juga tidak tahu. Tapi sangat mungkin, itu dilakukan agar anaknya tak pernah tertangkap tangan.
Nah, kemurungan teman saya siang itu ternyata dikarenakan Bu Mawar baru memarahinya. Sebab, teman saya tak memberikan jawaban ke anaknya. Teman saya berdalih, ia takut karena guru yang mengawasi amat ketat.
.
Kisah Anggrek
Yang dialami Melati jelas sangat buruk. Tapi saya belum selesai. Sebab, ada satu korban, yang kisahnya lebih memprihatinkan.
Kali ini, mari sebut namanya Anggrek :p. Si Anggrek adalah siswi termuda di kelas. Ia merupakan tipe anak manis yang pendiam.
Saat itu, sekolah kami baru mendapat hibah berupa perlengkapan drum band. Angkatan saya menjadi angkatan pertama yang akan berlatih menggunakan alat-alat tersebut. Bu Mawar pun ditunjuk sebagai koordinator. Ia membagi siswa memegang alat musik pilihannya. Saya kedapatan memegang snar bersama si Melati. Semua orang di kelas kebagian berpartisipasi... kecuali Anggrek...Entah apa yang ada di kepala Bu Mawar. Ia mengatakan di depan kelas, semua anak akan berlatih kecuali Anggrek. Alasannya, Anggrek dianggap terlalu lemah... dan memang setelah itu terbukti Anggrek sangat lemah. Tapi orang tak berpendidikan pun tahu apa yang menyebabkan ia lemah.
.
Jadi PNS
Tiga kisah itu, rasanya mewakili bagaimana buruknya kualitas Bu Mawar sebagai guru. Lama tak bertemu, rupanya ia masih sama. Saya melihat sendiri anak tetangga saya jadi enggan sekolah tiap seninkarena ada pelajaran yang diampu Bu Mawar.
Kini, guru tukang bully itu malah sudah diangkat menjadi PNS. Tentu saja alasannya karena ia sudah lama mengabdi sebagai guru honorer. Selamat jadi PNS Bu Mawar!

0 Response to "Selamat Jadi PNS Bu Mawar!"
Posting Komentar