Balada Lingkaran Setan Menjadi Guru Honorer

Ingin menjadi guru honorer? Kalau Anda berminat, silahkan bayangkan skenario di bawah ini. Sebab bagi saya, menjadi guru honorer tak ubahnya menenggelamkan diri dalam pusaran air yang tiada habis.

dilema dan nasib guru hr honorer


Bagi sarjana pendidikan yang baru lulus, salah satu peluang menjadi guru paling mudah adalah bekerja sebagai guru honorer. Dari segi gaji, memang sama sekali tak menarik. Tapi dari segi ilmu dan pengalaman yang didapat, profesi tersebut menawarkan kemewahan tersendiri.

Tak jarang para guru honorer memandang pekerjaannya hanya sebagai sarana untuk belajar saja... Terutama yang baru lulus kuliah. Sebab, tak bisa dipungkiri ilmu selepas kuliah seringkali masih secuplik dibanding kompetensi yang harus dimiliki guru profesional.

Selain sebagai sarana belajar, sangat banyak yang menjadi guru honorer karena ingin mendapatkan titel pengabdian. Ujung-ujungnya tentu menjadi PNS. Seperti yang dilakukan adik sepupu saya.

Tiga tahun setelah kuliah, ia “mengabdikan” dirinya bekerja di sebuah SD. Harapannya sederhana: ia ingin bisa menjadi PNS. Hal yang sama juga dilakukan tetangga saya. 10 tahun lebih ia menjadi guru honorer dengan gaji minim hanya untuk menggapai titel PNS. Teman ibu saya, bahkan 15 tahun menjadi guru honorer, hanya demi pengangkatan PNS 2 tahun sebelum ia pensiun. Luar biasa bukan?

 

Benarkah Menjadi Guru Honorer adalah Pengabdian?


Perjuangan seorang guru honorer atau hr, tentu tak bisa dikatakan biasa saja. Yang mereka lakukan luar biasa hebat dengan pemasukan sekecil itu. Orang-orang mungkin akan menganggap profesi ini sebagai wujud nyata istilah “guru tanpa tanda jasa”. Yang memang benar, bila kita mengesampingkan alasan-alasan lainnya.

Tapi bagi saya, yang sangat luar biasa justru pada ketidakpastian yang terus mereka anggap pasti. Pernyataan ini khusus bagi guru hr yang sangat berharap bisa menjadi PNS.
 

Masuk Pusaran Kepasrahan, Pertimbangan Jadi Guru Honorer

Dari sudut saya melihatnya, ketika Anda memakai cara berpikir seperti ini dan benar-benar terjun sebagai guru hr, mimpi buruk tak akan berhenti. Mimpi buruk yang dibungkus harapan kecil indah sebagai PNS.
Rasa eman-eman akan terus menghantui kita untuk mengatakan “cukup!”.

Pada akhirnya, kita bermimpi tiada akhir mendapat titel PNS yang sering datang setelah perjuangan yang tak terbayarkan.

Setelah 1 tahun jadi honorer, kita akan bilang “Ah, aku masih bisa bertahan. Aku kan mengabdi!”
Setelah 5 tahun jadi honorer, kita akan berkata dengan jengah namun bingung, “Ah, eman-eman kalau tak diterusin. Siapa tahu saya diangkat jadi PNS tahun depan!”

Setelah 10 tahun jadi honorer, kita akan lupa apa itu jengah. Tak ada kamus jengah di kamus kita. Sebab kalaupun kita keluar, kita tak tahu apa yang harus dilakukan.

Inilah skenario setan yang saya maksud. Mimpi terlampau kecil dengan kondisi yang begitu minim. Masih tertarik menjadi guru honorer? Saran saya, lakukan itu dengan pertimbangan yang menitikberatkan pada semangat pengabdian semata agar tidak makan hati. Toh, hidup juga akan lebih bermakna bila kita bisa bekerja untuk hal yang kita cintai.

nasib menjadi guru honorer ingin jadi pns
Nasib menjadi guru honorer ingin jadi PNS

0 Response to "Balada Lingkaran Setan Menjadi Guru Honorer"

Posting Komentar