Bukan tanpa alasan saya dan beberapa orang lain khawatir pelajaran agama mengajarkan kebencian. Saya menemukan banyak orang menyangkal nuraninya untuk menentukan mana yang baik dan yang salah. Alasannya mengejutkan: "agama". Saya akan menamai mereka sebagai pembunuh nurani.
![]() |
| Jangan sampai pelajaran agama mengajarkan kebencian! |
.
Begini...
Boleh Anda mengatakan agama adalah sumber aturan paling mutlak. Tapi untuk berpendapat demikian Anda harus menggunakan pertimbangan akal bukan? Pertama-tama, Anda memutuskan dulu agama mana yang menurut Anda benar. Lalu setelah memilih, Anda lantas menyebut pilihan Anda berisi aturan paling mutlak. Padahal yang disebut paling mutlak itu ya menurut pertimbangan akal Anda yang tidak mutlak. Keliatan kan mbuletnya dimana?
Ketika Pelajaran Agama Mengajarkan Kebencian
Para pembunuh nurani tersebut tidak melulu memiliki stereotip sebagai umat radikal. Kadangkala mereka adalah orang-orang biasa dengan hati mulia kecuali satu hal, bahwa mereka tidak lagi mempercayai hatinya. Mereka lebih memilih hukum agama yang “menurut” mereka benar karena dianggap divine. Jelas ini logika mbulet. Karena untuk disebut divine, kebenaran tersebut harus melalui filter otak terlebih dahulu.Begini...
Boleh Anda mengatakan agama adalah sumber aturan paling mutlak. Tapi untuk berpendapat demikian Anda harus menggunakan pertimbangan akal bukan? Pertama-tama, Anda memutuskan dulu agama mana yang menurut Anda benar. Lalu setelah memilih, Anda lantas menyebut pilihan Anda berisi aturan paling mutlak. Padahal yang disebut paling mutlak itu ya menurut pertimbangan akal Anda yang tidak mutlak. Keliatan kan mbuletnya dimana?
Lagipula bagi saya, nurani adalah alat pemberian Tuhan untuk menemukan jalan yang benar. Aturan agama yang bertentangan dengan nurani tak akan pernah saya percayai. Ibaratnya kalau nafsu akan mencelakai saya, maka nurani yang akan menyelamatkan saya. Itulah arti kemutlakan nurani buat saya.
Jadi apapun itu, saya rasa wajar untuk prihatin pada cara-cara yang dilakukan dalam pelajaran agama selama ini. Entah kenapa, saya mendapat kesan bahwa dari sekian tahun belajar agama, ada skill mengerikan yang saya kuasai: "kebencian".
Saya ingat guru SD saya menyebut benua Eropa tampak seperti buaya dan amoral, sedangkan guru SMP saya demikian benci pada orang Yahudi seolah semua orang Yahudi adalah kriminal. Di ranah yang lebih luas, kita bisa menyebut Fahira Idris yang mengatakan bahwa LGBT punya agenda misterius dan licik. Mantan menkominfo pun menyebut gay pantas dibunuh. Belum lagi para tokoh politik yang berpendapat bahwa LGBT adalah kriminal. Alasan mereka hampir sama: "agama".
Tentu saja ada LGBT kriminal. Tapi orang heteroseksual pun banyak yang menjadi pemerkosa maupun pedofilia. Jadi, darimana datangnya kebencian ini bila bukan dari ketakutan tak berdasar?
Dan mari kita kembalikan lagi ke makna agama. Buat saya, beragama berarti hidup tenang. Anda bisa melihat segala sesuatunya dengan bijak, tidak bias, santun, rendah hati, dan tidak penuh kebencian. Buat apa beragama kalau Anda sibuk membenci?
.
Pelajaran Agama Mengajarkan Kebencian Bagai Klub Bola
Saya rasa dalam hal ini cukup pantas mengatakan bahwa pelajaran agama mengajarkan kebencian seperti yang dilakukan banyak klub bola. Dan ini ironis. Lucu saja bahwa sebelum Anda beragama, hidup Anda tenang bersama keluarga meraih cita-cita.Tapi setelah beragama, Anda malah ribut ngurus bid’ah orang lain. Ribut ngurus valentine orang lain. Ribut dakwah sana-sini biar orang menyembah tuhan yang menurut agama Anda benar.... dll. Pada intinya Anda tidak sreg kepada orang lain kecuali kelompok Anda sendiri. Anda benci syiah hingga LGBT. Anda benci ahmadiyah hingga kasta sudra. Anda merasa agama Anda lah yang 100% valid.
Apa tenang cara hidup bagai agen MLM seperti itu? Apa bijak cara beragama demikian? Dan kenapa Anda menganggap Tuhan adalah zat narsis yang penuh kebencian dengan ciptaannya yang tak merugikan siapa-siapa?
Sebab membayangkannya saja sudah ribet bagi saya. Cara beragama seperti ini tak lebih seperti cara fans fanatik berperilaku pada klub bolanya. Setelah ngefans dengan klub X, mereka lantas benci dengan Klub Y dan siap perang karena persoalan ini. Opo tumon? Saya menganggap cara beragama seperti ini adalah penghinaan pada Tuhan yang penuh welas asih. Saya benar-benar tidak dalam kapasitas untuk bersuudzon bahwa Tuhan penuh kebencian pada ciptaannya sendiri.

0 Response to "Jangan Sampai Pelajaran Agama Mengajarkan Kebencian"
Posting Komentar