Mendefinisikan Ulang Makna Menjadi Guru

Apa makna menjadi guru? Bayangkan ini: Anda menggebu-gebu menjadi guru yang baik untuk mencerdaskan anak bangsa, masuk kelas, dan... menemukan siswa-siswa yang kelakukannya seperti setan. 
.

Dekonstruksi Makna Menjadi Guru

Menurut saya, selama ini ada salah kaprah soal apa makna menjadi guru. Guru digambarkan seperti pelita yang diharapkan... guru digambarkan seperti sosok yang siap menumpahkan ilmunya... padahal, ada berapa banyak anak yang mau menimba ilmu dalam sistem pendidikan formal kita? Lebih banyak mana antara anak yang menadahkan tangan dan anak yang bersedekap tangan?

Ribuan tahun manusia berevolusi dan kebanyakan dari kita punya mindset “belajar dari pengalaman.” Tak ada sekolah ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Pendidikan formal adalah sesuatu yang baru dan tidak benar-benar alami.

Menurut pandangan saya, makna menjadi guru sebagai pembawa pelita –kalaupun benar- hanya bisa diterapkan pada dosen. Ketika seorang murid sadar dimana pentingnya ilmu, disitulah menjadi guru sinonim dengan pembawa pelita. Sedangkan pada tingkatan SD hingga SMA, guru tak ubahnya orang asing yang memasang lampu di tengah kerumunan yang terbiasa dalam kegelapan. Bila anak-anaknya tak suka, ia pun harus menerima “tendangan” berkali-kali.

Jadi, guru juga harus bisa membuat siswa terbiasa bahkan senang pada ruangan yang terang. Ini jelas tantangan amat sulit. Karena mereka bukan saja mengubah kebiasaan anak, tapi cara pandangnya juga.
Lalu bagaimana praktiknya?
.
Mendefinisikan Ulang Makna Menjadi Guru

Ketika kita melihat sistem pendidikan formal Indonesia, guru sama sekali tak diberi kesempatan agar para siswanya suka dengan apa yang ia ajarkan. Guru dituntut kepala sekolah yang gengsi ingin statistik nilai siswa di sekolahnya terus meroket... Kepala sekolah dituntut  dinas pendidikan yang takut dihina kalau kelulusan di daerahnya rendah... dan pada akhirnya pak presiden ditanya wartawan, “ada berapa anak Indonesia yang tidak lulus?” Koran-koran dengan headline besar menulis, “XX% Siswa di Provinsi YY Tak Lulus, Angka Terbesar Se-Indonesia!”

Hampir tak ada kesempatan, karena media massa yang diharapkan idealis pun terkadang begitu superfisial memahami apa makna menjadi guru. Semuanya menganggap tugas guru hanya mencekoki anak dengan ilmu pengetahuan dan moral. Padahal sebelum ia berhasil mencekoki, ada benteng “tak mau belajar” yang harus ditembus dulu.
Guru inspiratif, Butet Manurung
Guru inspiratif, Butet Manurung
.

Ketika Makna Menjadi Guru Diubah Sering Metodenya Tak Praktis

Masalah lain, ketika kita mencoba mendefinisikan makna menjadi guru sebagai “pengubah mindset anak”, metodenya seringkali tak praktis. Apalagi bila kita mengajar anak daerah terpencil atau anak yang sosio ekonominya di bawah.

Anak-anak orang kaya lebih mudah diajar karena tiap anak melihat sekolah sebagai “norma”. Sedangkan anak-anak pinggiran dan anak dari kelas ekonomi bawah melihat sekolah sebagai sesuatu yang asing. Orangtua mereka pun melihatnya seperti kemewahan yang tak perlu.

Butuh waktu dan tenaga ekstra untuk mengubah cara berpikir murid dan wali murid tentang pendidikan. Butet Manurung tak dalam semalam bisa mendekati suku anak dalam. Ia bukan sosok yang lantas selalu dirindukan. Ia pun harus berjuang agar suku anak dalam “mau belajar” atau mau menerima pelita yang ia bawa. Kesalahan orang ketika membayangkan Butet adalah mengimajinasikannya seperti bidadari yang ditunggu Jaka Tarub. Padahal, Butet lebih tepat dilihat sebagai ibu galak yang mencoba mendidik anaknya yang hiperaktif.

Kata teman saya yang ikut dalam program mengajar di daerah terpencil, tantangan utama bukanlah soal kebodohan. Tantangan utama adalah mengajar pada mereka yang tak ingin diajar. Penolakan kadang dirasakan, tapi –alhamdullilah- sampain saat ini ia masih bertahan.

Hal yang sama diucapkan teman saya yang pernah mengajar anak-anak jalanan. Membuat mereka mau belajar lebih susah daripada mengajarkan fisika kuantum. Sebab, ketika mereka tak merasa yang kita ajarkan penting, ia pun punya benteng kokoh yang harus dipecah terlebih dahulu. Bisakah kita –guru dan calon guru- menjawab ini?

0 Response to "Mendefinisikan Ulang Makna Menjadi Guru"

Posting Komentar