KPI Jangan Sensor Budaya Asli Indonesia!

Okelah, mari kita belajar maklum dengan tindakan KPI menyensor belahan dada wanita. Tapi apakah rasa maklum ini masih kurang besar dengan kasus baru dimana KPI menyensor kebaya di ajang pemilihan Puteri Indonesia? Kurang apalagi setelah payudara sapi disensor, dan tubuh Sandy yang berbikini dianggap membuat terangsang...

Biar segalanya lebih jelas, silahkan amati kekonyolan gambar sensor KPI yang menyebabkan para peserta Puteri Indonesia blur di bagian dada dan paha.
KPI menyensor kebaya Indonesia di ajang pemilihan Puteri Indonesia?
KPI menyensor kebaya Indonesia di ajang pemilihan Puteri Indonesia?
Saya tak paham apa yang dilakukan KPI dengan ini. Saya kira lembaga ini hendak memproteksi budaya anak negeri. Rasanya kalau begini caranya, saya ingin mendukung agar Bali dan Papua merdeka saja. Buat apa Papua dan Bali bergabung di negeri yang menyetankan budaya asli mereka? Bahkan, budaya Jawa sebagai budaya yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Indonesia pun tak mengenal sensor semacam ini.

KPI Menyensor Kebaya, Laki-laki Tak Punya Self Control?

Terus, kok bisa-bisanya KPI menyensor kebaya kalau bukan menggunakan standar moral yang sedemikian absurd? Hari ini itu saya tanyakan pada adik saya. Adik saya –seorang anak SD kelas IV- tak bisa menjawab pertanyaan itu.

Saya sebagai orang dewasalah yang paham betul bagaimana otak selangkangan KPI bekerja. Pada dasarnya mereka menggunakan standar nafsu sehingga sensor pada tubuh wanita terjadi demikian detil. Dengan kata lain, mereka menganggap diri mereka sebagai hewan yang tak bisa mengontrol nafsu dan mengajak semua laki-laki di Indonesia untuk punya pikiran sama. Self control dihapus dan kriminalisasi pada tubuh wanita dimulai. Mari kita tengok siapa saja orang-orang di balik lembaga bernama Komisi Penyiaran Indonesia ini. Silahkan kunjungi situs KPI dan lihat siapa saja orang-orang konyol di balik lembaga absurd ini.

Orang-orang inilah yang harusnya membuat para guru malu ketika mengajarkan budaya Indonesia. Orang-orang itulah yang hendaknya ditulis di buku sejarah sebagai orang yang mengkhianati negeri. Orang-orang itulah yang membuat orang Papua yang berkoteka makin merasa alien dengan saudaranya sesama Indonesia.

Entah sampai kapan kekonyolan ini akan berakhir. Padahal, yang saya lihat di masyakarat dunia maya maupun di dunia nyata, kebanyakan menentang. Saya kira, hampir semua teman saya cukup sadar arti menghormati budaya tradisional. Bahkan yang sangat agamis sekalipun masih tetap menghormati kebaya yang menjadi pakaian negeri ini.


0 Response to "KPI Jangan Sensor Budaya Asli Indonesia!"

Posting Komentar