ILC soal LGBT dan Kata Mantan Mahasiswa Biologi

Saya akui, saya tak sepintar teman-teman saya yang lain. Tapi sedikit banyak saya paham soal biologi dan bila dikaitkan dengan LGBT.


Indonesia Lawyers Club: LGBT Marak, Apa Sikap Kita?

Indonesia Lawyers Club: LGBT Marak, Apa Sikap Kita?

Malam ini, persoalan LGBT dibahas di Indonesia Lawyers Club dengan judul bombastis: LGBT Marak, Apa Sikap Kita?

 Saya tidak nonton secara keseluruhan karena terlalu muak mengikuti perdebatan ala ILC (Indonesia Lawyers Club). Apalagi dengan judul yang sudah salah duluan. Kapan ya LGBT marak kecuali sebelumnya ditekan habis-habisan?

Jujur saja, sakit rasanya mendengar kebencian dan diskriminasi yang dilontarkan pada mereka yang tak pernah salah dengan kita. Jadi, segala emosi akan saya tumpahkan disini, di blog ini. Terkhusus karena blog ini saya buat bukan semata-mata untuk kepuasan pribadi.
.

Alasan Menolak LGBT Terkait Biologi?


Yang saya amati, banyak yang menolak LGBT karena persoalan agama. Dead lock. Selesai sudah dan saya angkat tangan bila yang dibawa-bawa adalah agama. Di tayangan Indonesia Lawyers Club “LGBT Marak, Apa Sikap Kita?” itu pun saya yakin banyak yang menggunakan jurus agama. Makanya saya mending nggak nonton sekalian.

Jadi, saya akan lanjut ke alasan penolakan kedua yang sering saya baca: biologi.

Banyak yang menyangkutpautkan ilmu biologi ketika membahas LGBT. Pertama, LGBT dianggap salah karena hewan pun tidak ada yang homo. Ini tidak betul, dan merupakan kesalahan besar.

Banyak spesies yang saya tahu merupakan homoseksual. Contohnya jerapah. Well, silahkan googling sendiri dan temukan di situs yang bisa dipercaya.

Lagipula, melakukan hal yang tidak dilakukan hewan bukanlah hal yang salah. Kalau asumsinya LGBT salah karena tidak ada hewan LGBT, maka orang makan pakai sendok pun salah karena tidak ada hewan makan pakai sendok. Yang jadi soal: sebenarnya orang-orang yang menolak LGBT ini mau meninggalkan otaknya dan jadi hewan non manusia ya?

Nah, sekarang mari kita bahas dari sisi genetika dan dinamikanya dalam populasi. Kita andaikan sikap LGBT sebagai sifat yang ada dasar genetikanya. Baik itu berupa gen LGBT atau gen yang membuat orang mudah terpengaruh dalam LGBT... (lihat SKALA KINSEY juga ya).
SKALA KINSEY lgbt

Ketika Anda memaksa seorang LGBT untuk menikah, itu artinya Anda meningkatkan jumlah peluang bayi dengan LGBT lahir di dunia... dengan demikian, populasi LGBT malah justru akan meningkat pesat.

Bagaimana bila LGBT dibiarkan? Justru dengan cara ini, jumlah mereka akan tetap sedikit karena mereka tak dipaksa beranak.

Mau segila apapun... LGBT juga tak akan pernah menyamai atau bahkan mengungguli jumlah orang hetero. Sebab, sekali lagi, mereka tak bisa beranak dan mewariskan keturunannya (kecuali biseksual).
 .

Manusia Punah karena Populasi Terlalu Banyak


Tapi saya sih sebenarnya tak peduli dengan masalah ini. Persoalannya, hari ini manusia mengalami booming population. Anda mengira yang menyebabkan manusia punah hanya karena LGBT tak bisa melahirkan? (saya yakin alasan ini muncul di tayangan Indonesia Lawyers Club “LGBT Marak, Apa Sikap Kita?”). Well, anda salah, dan lagi-lagi skalanya besar.

Kelebihan populasi juga dapat membuat manusia punah. Skenario konyolnya begini... bayangkan ada lima orang di muka bumi dengan satu saja sumber daya alam. Apa yang akan terjadi? Jelas saling bunuh. Kalau ada dua orang yang punya senjata nuklir, bukan tak mungkin terjadi perang nuklir yang pada akhirnya justru menghancurkan semesta...
Inilah alam....

Segala sesuatunya selalu mencari keseimbangan. Jadi Anda tak perlu khawatir spesies manusia akan punah. Toh, manusia pada akhirnya memang akan punah. Yang pasti hidup cuma sekali. Biarkanlah orang berbuat hal yang menjadi hak mereka. Siapa Anda mengurus kelamin orang lain?

7 Responses to "ILC soal LGBT dan Kata Mantan Mahasiswa Biologi"

  1. Bukan soal manusia punahnya sih ya ujung lgbt kelak, lagian contoh yang dikasih pun pengandaiannya offset antara kemusnahan populasi secara alamiah (baik karena booming atau krisis) disandingkan dengan kemusnahan melalui senjata nuklir. Too far

    Disini yang jadi bahaya laten ditakutkan orang mayoritas bagaimana dengan tatanan masyarakat nanti. Ok, sekarang mereka playing victim minoritas tertindas, bisa bayangkan seandainya nanti saat hegemoni homo menjadi lumrah, apa bisa menjadi jaminan mereka tidak melakukan hal yang sama? Praktik diskursus, lihat contoh nyata kaum muslim di negara mayoritas nonmuslim, begitupun sebaliknya kaum minoritas nonmuslim di negara muslim. Mereka, sedikit banyak, langsung tidak langsung, akan mendapat perlakuan diskriminasi yang sama, gak usah jauh2.. penyandang cacat, mereka pun merasa didiskriminasikan oleh sistem walaupun padahal sebenarnya kita sudah mengupayakan untuk keberlangsungan bersama.

    Btw, masih belum dapat dipastikan apakah lgbt ini genetik atau bukan. Lagian kalaupun iya, banyak ko genetik orang jahat belum tentu bikin anaknya jadi jahat, atau sebaliknya orang baik bisa aja anaknya malah jahat. Atau penyakit, belum tentu ortu darah tinggi anaknya kemungkinan besar mewarisi kekurangan yang sama. Yang bisa dilihat di sini? Faktor luar, lingkungan. Selama pola kita lurus, klo kita ngasih kesempatan melenceng ya belok juga jalan kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat siang.

      Tidak ada yang tidak alami di semesta ini. Itu menurut saya. Kata kuncinya juga bukan di nuklir, tapi booming populasi.

      Dan tidak ada yang playing victim karena nyatanya mereka memang tertindas. Ada berapa banyak perusahaan yang mau menerima waria? Mana ada pejabat gay yang akan diterima masyarakat? Itu bukan playing victim, melainkan fakta di lapangan.

      Sepemahaman saya, kalaupun LGBT hendak menindas, mereka tak akan pernah menjadi mayoritas. Katakanlah ada lima gay dan satu hetero... lima gay tersebut akan mati tanpa meninggalkan anak, beda dnegan yang hetero. Populasi berikutnya akan kembali didominasi hetero.

      Dan seperti apa homo akan menindas hetero... itu di luar daya pikir saya... Diskriminasi dimana-mana ada, tapi bukan berarti kita menjadi apatis. Bukan berarti kita sepakat dengan sistem yang mendiskriminasi. Dan bukan berarti level diskriminasi di semua negara itu sama. Anda tak akan dikeroyok massa hanya karena menjadi muslim di Swedia -misalnya-. tapi anda bisa dibunuh dan dihujat seluruh negeri bila menjadi ahmadiyah di negeri ini...

      Perkara LGBT genetik atau bukan, silahkan pelajari skala kinsey dan jurnal-jurnal tulisan di APA, apa.org.

      Salam.

      Hapus
  2. Sejauh ini kelahiran anda di dunia masih alamiah kan, belum faktor rekaan atau klonengan.

    Playing victim teriak2 tidak dapat tempat, nyatanya ada aja ko keberadaan mereka diterima di panggung hiburan (sebut dorce dan kalau nonton ILC kmrn dikasih contoh lebih luas lagi). Ini jurus jitu yang dipake terus-menerus, dgn harapan mendulang simpati. Fakta di lapangan gk cm LGBT aja ko yang didiskriminasiin, kaum papa, mereka yg berkerudung, mereka yang kelainan fisik.. So dari sini kita menilai mereka bermain sebagai korban, korban-korban lain di samping mereka buanyak. Bahkan orang dengan postur yang tidak enak dilihatpun bisa menjadi korban bully. Sekali lagi, bukan cuma LGBT aja.
    Btw memang sudah ada seorang gay (di indonesia) yang terang2n mengakui diri mau menjadi pejabat? Gak cuma seorang gay aja ko yang mungkin gak diterima sbg pejabat, di daerah tertentu kaum wanita juga mendapat diskriminasi tidak dipercaya menjabat misalnya.

    Oh bisa saja yang satu hetero ini ikutan menjadi homo, jadinya malah tidak menyisakan hetero sama sekali..
    Baca pengalaman orang, mereka yang hetero bisa terbawa arus apalagi jika lingkungan mendukung (ada tekanan/dorongan). You know what, kami yang dbilang kontra LGBT ini jg mendapat perlakuan bullying, tidak modernlah, tidak maju. Mungkin juga kelak kami akan dicap paranoid. Pernah terpikir gak, sesama jenis yang awalnya dilarang krn bertentangan dgn agama, suatu saat di masa depan, praktek klonning yg saat ini dikecam jg akan dilegalkan. Itu mungkin bisa jd alternatif LGBT untuk mempunyai keturunan.

    Yang sy tekankan di tulisan sblmnya bukan soal LGBT fix genetik or not. Lagian, kalaupun iya kan sy blg faktor luar dlm hal ini lingkungan (tekanan/dorongan) bisa sj berperan. Sbgmn dalih anda mereka tidak mau munafik menikah dgn hetero kemudian menghasilkan keturunan takut mewariskan sifat yang sama.. Itu semua bisa ditempa, banyak contoh dan mungkin akan banyak juga pembantahan2.

    Dan lagi2 anda mengambil contoh yg satu dan lain hal berbeda. Di sini Indonesia, isu ahmadiyah sensistif sesensitif syiah, di swedia muslim tidak sesensitif di perancis apalagi saat ada kasus pengeboman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat malam.

      Saya akan tinggalkan masalah alamiah atau tidak, sebab itu kurang relevan.

      Adanya korban lain selain LGBT tidak membuat diskriminasi atas mereka dibenarkan. Kenapa seolah-olah Anda memahami bahwa memperjuangkan hak LGBT, bermakna menyepelekan diskriminasi atas kaum lainnya? Bisa dijelaskan?

      Definisi Anda mengenai playing victim sepertinya agak terdistorsi. Playing victim bukan terjadi ketika Anda didiskriminasi lantas Anda berjuang sedang yang lainnya tidak. Playing victim sebagaimana istilahnya adalah berakting seolah korban padahal bukan.

      LGBT memang dalam beberapa hal sudah mendapat tempat. Tapi stigma atas mereka juga begitu kuat. apa salahnya dengan mereka mencari simpati? Apa Anda menderita kerugian atau dipaksa bersimpati?

      Ada milyaran orang hetero di dunia ini, dan tak sampai 5 persen yang homo. Selama beratus tahun, orang hetero mempengaruhi bahkan memaksa orang homo. Apa itu berhasil? Tidak berhasil kan?

      LGBT selalu muncul dalam populasi. Lantas darimana logikanya LGBT bisa mempengaruhi hetero seluruhnya?
      Saya blak-blakan saja deh, apa ketika Anda bernafsu dengan lawan jenis ada yang mengajari Anda? Saya perempuan dan secara alami saya memiliki ketertarikan dengan laki-laki. Tak ada yang mengajari saya untuk memiliki rasa tersebut. Orang-orang memang bicara soal “pacaran”, tapi soal ketertariak seksual, itu lain lagi. bagaimana dengan Anda? apa Anda melatih hasrat Anda untuk suka lain jenis? Monggo dishare pengalamannya.

      Dan mohon maaf saya tidak memiliki ketakutan yang sama dengan Anda mengenai teknologi cloning. Agama Anda bukan satu-satunya agama di dunia. Mohon dipahami, sebagaimana kita seyogyanya memahami mereka yang punya hasrat berbeda.

      Silahkan buat penelitian yang bisa membuktikan signifikannya treatment pada LGBT. Saya tidak dalam kapasitas membicarakan persoalan apa yang berperan dan membentuk orang menjadi gay. Saya hanya bicara sebagai sesama manusia yang tidak merasa dirugikan oleh orang yang beda kelamin dan tidur seranjang.

      Soal swedia, saya merasa tidak salah. Masalah sensitif itulah yang menjadikan dasar saya bahwa level diskriminasi berbeda-beda. Anda tak bisa asal mengatakan semua negara punya problem diskriminasi sama. Ada negara yang tidak sensitif seperti Swedia padahal ia menerima banyak sekali pengungsi. Muslim di Swedia sama minoritasnya dengan syiah atau ahmadiyah di Indonesia. Bedanya di Swedia orang-orang tak menganggap menjadi muslim sebagai perkara sensitif, sedang disini menjadi syiah sangat sensitif. Artinya, memperjuangkan aturan non diskriminatif adalah hal yang realistis. Tak seperti yang Anda kaatakn di komen awal, dimana seolah-olah kita harus diam meski didiskriminasi.

      Salam.

      Hapus
    2. Dan sebelum diskusi ini berlanjut, satu saja yang ingin saya tanyakan: kenapa Anda keberatan dengan perjuangan LGBT untuk mencari simpati di masyarakat? Apa yang telah mereka lakukan pada Anda?

      Hapus
  3. Prtnyaan admin di atas tdk ccok dtnyakan kpd org yg kontra. Mereka nenolak LGBT bkn krn dendam, tp krn ribuan alasan lain. Klau mnolak mereka krn dendam tdk profesional nmanya, apalagi urusan pribadi yg tdk mgkn djadikan alasan menolak kelompok. Tp prtnyaan yg sebaliknya msti dipertanyakan kpd org yg pro (trmasuk admin), sebenarnya apa yg mereka berikan hngga anda mati-matian membela?

    Sejujurnya sy menolak LGBT krn agama sy mngajarkan perilaku seksual yg patut dan layak sbg makhluk yg diberikan akal utk brfikir, dan sy prcaya tdk ada agama yg mndukung LGBT. Tp anda menolak alasan agama krn tdk prcaya ya sudah.
    Skrg prtnyaannya apa yg mereka tuntut? Jika mereka mrasa didiskriminasi sejak kpn mereka tdk mndapatkan tmpat? Mereka bsa bkrja di perusahaan mnapun slama memiliki etika dan tata krama. Gak mgkn dterima donk klau dtg melamar pkrjaan tp dgn pnampilan yg super spesial kayak kucing kecelup dalam got. Yg normal jg gak diterima klau gak sopan. Nmanya jg punya org, ya hrs ikut aturan yg punya lah.
    Klau pgn buat aturan sendiri buat aja perusahaan sndiri, toh negara kita jg tdk prnh melarang anda kan? Silakan anda berbisnis krn dsna tdk ada aturan wajib ngesex.
    Mereka pgn jdi PNS dan pejabat? Sejak kpn negara kita mewajibkan PNS dan pejabat mmiliki suami/istri? Silakan mereka mncalonkan dri gak ada yg larang.
    Mereka pgn sekolah? Mmang udah kewajiban mereka selaku warga negara utk sekolah, gak ada yg larang.
    Mereka pgn mkan, minum, beol, gak prnh dprmsalahkan ttg orientasi seksual.
    Namun jika mereka mnuntut pngakuan jenis kelamin baru ya gak mgkn lah,, krn Tuhan hnya mncptakan pria dan wanita, dan itu final.

    Sbenarnya diterima gak diterima hnya pd prsoalan tata krama dan kesopanan, krn sanksi sosial itu selalu ada. Anda brperilaku baik dan wajar anda dterima, begitu jg sbaliknya. Contohnya seorg pemabuk, akan dijauhi oleh org yg berakal krn yg mabuk dkat dgn kriminalitas. Sorang pencuri akan diwanti-wanti oleh msyarakat dan prgerakannya akan terus dpantau spy tdk mncuri. Msyarakat jg menolak mereka bkn krn benci, tp brharap spy mereka kmbali mnjadi manusia yg layak.
    Dan yg lebih pntg sbg makhluk yg diberikan nafsu dan akal, seharusnya mmpu brfikir mna yg baik dan mna yg buruk. Tuhan mnciptakan pnyakit spy manusia mau berobat. Tuhan mnciptakan nafsu spy manusia mmprgunakan akal.
    Wallahu a'lam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. “Saya mendukung karena keyakinan saya mengajarkan demikian. Begitu pula dengan legalisasi pernikahan sejenis yang didukung keyakinan saya.” End of discussion.

      Diskriminasi masih ada. Contohnya yang Anda katakan dengan menolak mereka. Contohnya dengan ilegalnya gay menikah sesama gay. Bagaimana kalau ada orang muslim ditolak menikah dengan sesama muslim di Eropa? Diskriminasi bukan? Bagaimana kalau di perancis wanita muslim dilarang memakai hijab seperti halnya waria dilarang memakai rok di sekolah? Anda akan mendukungnya? Buat saya keduanya aturan yang harus ditentang.

      Salam.

      Hapus