Ini adalah cerita dari guru fisika. Dan saya tak tahu bagaimana cara membuat judul di atas lebih menarik. Pada intinya yang ingin saya tulis seliteral itu: cerita dari guru fisika. Saya akan menyebutnya Pak Efendi, seorang pria paruh baya yang mengajar fisika dengan sejuta gunjingan.
Pak Effendi sudah memiliki beberapa helai uban di antara rambut hitamnya. Ia mengajar menghadap papan tulis. Murid-murid tak menghormatinya. Dan wali kelas komplain agar guru tersebut diganti.
Saya tidak tahu apa yang salah. Tapi banyak orang mengatakan hal yang tidak dianggap normal ada pada dirinya. Misal di usianya yang sudah senja ia tak menikah, dan rumor bahwa ia menyukai sesama jenis. Tapi di sisi lain, ia juga digosipkan pernah ditolak cintanya oleh seorang guru wanita. Ada sejuta rumor cerita dari guru fisika yang satu ini.
Mengingat itu saya sungguh ingin bersimpati. Tapi selebihnya tak ada yang bisa saya lakukan. Setelah saya lulus pun, keberadaannya sangat jarang diketahui para siswa. Sebab dia memang bukan guru favorit.
Ia juga tak meninggalkan banyak materi di memori saya. Secara objektif, saya tak akan menyebutnya sebagai guru yang baik. Saya tak merasa mendapatkan apapun dari pelajaran fisika yang ia ampu.
Metodenya sama sekali tidak efektif. Ia akan membahas satu soal selama satu jam pelajaran dan memaksa siswanya mengulang-ulang. Biasanya dia akan memanggil seorang siswa lalu menyuruhnya mengerjakan soal itu di papan tulis. Sementara itu, siswa yang lainnya dibiarkan ribut.
Dua tahun hal itu terjadi. Saya hanya bersyukur ia bermurah hati meluluskan saya karena saya benar-benar tak tahu apa yang ada di kertas ujian. Pernah saya curhat dengan orangtua terkait si bapak guru. Di hari penerimaan rapot, ibu saya akhirnya protes. Tapi sekolah hanya menyuruhnya untuk bersabar dan menyarankan saya ikut bimbingan.
Yang disarankan pihak sekolah memang jauh dari kata bertanggung jawab. Tapi di sisi lain saya juga kasihan. Sistem formal dan informal di negara ini tak begitu berjalan untuk orang-orang seperti guru fisika saya. Ia pada akhirnya hanya akan disingkirkan tanpa ada dukungan secara medis untuk mentalnya yang mungkin terganggu.
Situasinya jadi serba salah. Karena itu, satu hal yang pasti dalam hidup saya: saya tak ingin menjadi guru atau apapun yang membuat segala sesuatunya tidak enak. Menjadi pribadi yang harus dikasihani adalah pilihan yang sangat buruk karena merugikan orang lain.

0 Response to "Sebuah Cerita dari Guru Fisika"
Posting Komentar