Pendidikan kita sering memarjinalkan budaya barat. Barat dianggap sebagai masyarakat yang gemar free sex, narkoba, kumpul kebo, berpakaian minim, dan bahkan mengizinkan pernikahan sesama jenis. Bagi sebagian besar orang, hal-hal demikian sangat buruk. Karenanya, Indonesia tidak boleh tertulari dengan budaya barat.
Pertanyaannya kenapa hal-hal demikian dianggap buruk? Kenapa free sex buruk? Kenapa narkoba buruk? Kenapa kumpul kebo buruk? Pertanyaan ini, kalau ditanyakan di forumnya orang Indonesia pasti hanya dijawab dengan usapan dada dan ucapan “Astagfirullah”. Padahal yang dibutuhkan bukan itu, “kenapa buruk?” memerlukan alasan yang jelas.
Bila kita tak mampu menjawab mengapa hal-hal demikian buruk, orang hanya akan masuk lingkaran “pokoknya” berulang-ulang. Guru memang harus mengajarkan moral pada anak didiknya. Tapi bukan dengan cara otoriter. Dekonstruksi moral perlu diusahakan dengan cara berpikir yang sehat dan tidak asal “pokoknya”.
Selanjutnya, kita perlu bertanya, “apakah seks bebas, narkoba, dst itu merupakan budaya barat?” Ketika kita membayangkan “budaya barat”, kenapa hal-hal demikian yang tergambar? Kenapa kita tak terpikir dengan kegigihan orang-orang Viking di masa lalu? Kenapa kita tak terpikir dengan Galileo Galilei? Kenapa kita tak terpikir dengan NASA? Kenapa kita tak terpikir dengan internet, laptop, hingga AC di rumah kita?
Kalau budaya barat sinonim dengan seks bebas hingga narkoba, jangan marah bila budaya timur dibilang identik dengan korupsi dan buang sampah sembarangan. Malah yang terakhir lebih sering kita lakukan.
.
Budaya Barat yang Mana?
Kita juga harus paham, bahwa “barat” adalah istilah yang sebenarnya tak bisa begitu saja disamakan. Anda tak dapat menyebut vatikan punya budaya seks bebas... Anda tak bisa menyebut Russia pro dengan pernikahan sesama jenis. Anda juga tak bisa menyebut semua negara barat anti Palestina dan pro Israel. Kalau Brazil masuk kategori barat, mereka adalah salah satu negara yang paling “anti” dengan Israel. Sama halnya dengan Swedia yang sejak lama netral dan akhir-akhir ini telah mengakui Palestina sebagai negara. Kebijakan yang tentu sangat kontra dengan yang dilakukan Amerika dan negara-negara Anglosphere.
Persoalan agama pun demikian. Mayoritas orang barat memang Kristen. Tapi mayoritas di antara mereka mengikuti pandangan hidup sekuler. Sering saya mendengar cerita pilu soal warga muslim yang hidup di Eropa. Misalnya larangan menggunakan hijab di sekolah. Padahal, kalau Anda pakai salib dan ke sekolah pun, pasti akan dilarang juga.
Jadi menurut saya, seorang guru jangan sampai terjebak dengan narasi anti budaya barat. Orang sering mengatakan ambil yang baik dan buang yang buruk. Tapi bila kita memilah dengan kacamata kuda, kita juga tak akan kemana-mana. Sekali lagi menurut saya, kita juga harus bisa memahami bagaimana dan apa alasan masyarakat mengizinkan seks bebas di barat sana. Demikian juga dengan diri kita sendiri. Mengapa masyarakat kita menoleransi korupsi? Apakah karena budaya sopan santun yang terlampau tinggi?

0 Response to "Dekonstruksi Cara Pandang Terhadap Budaya Barat I [Catatan Sebelum Tidur]"
Posting Komentar