Pendidikan Seksis Diskriminatif di Sekolah?

Sering kita katakan guru adalah pelita di tengah kegelapan. Tapi bagaimana bila yang terjadi selama ini adalah kegelapan yang dianggap terang? Apakah guru sadar sering mengajarkan pendidikan seksis diskriminatif pada anak-anak?


Bahasan ini terkait gender dan jenis kelamin, serta apa sejatinya makna sekolah. Bila sekolah adalah tempat dimana anak-anak di-brainwashed dengan adat, nasionalisme, atau agama, maka artikel ini tak relevan dibaca. Artikel ini hanya relevan bila sekolah dipandang sebagai tempat mengajarkan kebenaran.

Kebenaran yang saya maksud juga bukan kebenaran seperti apa yang baik dan yang salah. Tapi soal yang bisa disebut benar dengan objektif bahkan ketika menyentuh hal yang sering dianggap subjektif: soal peran sosial wanita dan laki-laki.

Pendidikan di Indonesia, pertama-tama masih belum bisa membedakan antara gender (peran sosial) dan jenis kelamin (kodrat). Kemampuan anak terkait peran sosialnya sering diasosiasikan dengan jenis kelamin. Misalnya, soal siapa jadi ketua kelas...

Seumur hidup, tak pernah saya melihat ada penelitian ilmiah tentang siapa yang lebih baik memimpin. Kalau kita lihat kondisi sekarang, performa pemimpin wanita juga tak kalah baik dibanding laki-laki. Siapa yang bisa menyangkal menawannya Angela Merkel, kanselir Jerman?

Selain masalah memimpin, siswa laki-laki juga sering dipressure habis-habisan ketika berperilaku agak kewanitaan atau mengambil ekstra yang girly. Misal menari dan memasak. Padahal, memasak itu ya butuhnya tangan dan kecerdasan rasa... bukan bentuk kelamin.

Sayangnya, hal-hal demikian dibiarkan berkembang bebas di sekolah. Bukan perkara itu buruk atau baik. Tapi sekali lagi, bila sekolah bermaksud mengajarkan kebenaran, hal-hal demikian nyatanya memang tak punya basis kuat. Jadi kenapa diajarkan?

Perkara gender atau peran laki-laki dan wanita hanyalah konstruksi sosial. Boleh saja mengajarkan itu pada anak. Tapi anak juga harus dibekali pengetahuan bahwa hal-hal demikian bukan adi kodrati. Kodrat hanya mencakup kemampuan melahirkan, menyusui, menghamili, dan semacamnya. Sebab kemampuan seperti itu alami dan tak berbeda di Afrika, Eropa, sampai Jepang.

.

Apakah Pendidikan Seksis Diskriminatif di Sekolah Merugikan?

Apakah pendidikan seksis diskriminatif merugikan? Nyatanya iya. Ada banyak bakat memasak dan bakat kecantikan yang terbuang karena siswa pria mendapat tekanan hebat ketika hendak mengambil pelajaran tersebut. Siswa perempuan juga akan banyak terdiam karena perempuan yang cenderung nyablak dianggap kurang pantas.

Saya juga menemukan adanya penelitian yang membahas ini. Silahkan klik link berikut soal dampak pendidikan seksis diskriminatif di sekolah. Ditemukan banyak siswi perempuan yang performa di bidang matematikanya turun karena mereka “diyakinkan” bahwa mereka tak begitu pintar di bidang ini. Sejak awal, mereka percaya bahwa wanita memang kurang pandai di matematika. Akibatnya, semangat dan kepercayaan mereka untuk berkembang ya berkurang jauh.

0 Response to "Pendidikan Seksis Diskriminatif di Sekolah?"

Posting Komentar